Kamis, 04 Juli 2013

ANAK SHOLEH



TAHAPAN PENDIDIKAN ANAK        

Tahapan Pendidikan Anak

Pendidikan anak dalam Islam, sebagaimana dikatakan Imam Ali bin Abi Thalib as, dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
1.Tahap BERMAIN (la-ibuhum = ajaklah mereka bermain), dari mulai lahir s.d. umur tujuh tahun.
2.Tahap PENANAMAN ADAB & DISIPLIN (addibuhum = ajarilah mereka adab), dari usia 7 hingga 14 tahun.
3. Tahap PERSAHABATAN (roofiquhum = jadikanlah mereka sahabat), mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan di atas, masing-masing memiliki karakteristik pendekatan yang berbeda, sesuai dengan perkembangan kepribadian dan akal anak yang sehat.Ketika usia di bawah tujuh tahun, anak masih sarat dengan dominasi dorongan untuk bermain. Setelah usia tujuh tahun, anak sudah dapat diajarkan disiplin. Sedangkan pada usia baligh (kematangan seksual yang ditandai dengan haid pada perempuan atau mimpi basah pada laki-laki), anak sudah dapat diajak berdiskusi dan bersahabat seolah "semitra" dengan orang tua. Pada masa ini diharapkan perkembangan kepribadian dan akal anak sudah cukup matang untuk dapat mempunyai sikap dan pendapat sendiri sehingga patutlah jika mulai dilibatkan dalam musyawarah.Jika ingin dielaborasi lebih jauh, dapat kita sebutkan bahwa tahap 1 adalah Tahap Persiapan / Pengantar, tahap 2 adalah Tahap Penanaman Nilai-nilai Baku, dan tahap 3 adalah Tahap Pemantapan Nilai.

Metode Pendidikan Islami

Metode pendidikan dalam Islam secara garis besar terdiri dari lima macam, yaitu
1> Keteladanan.
2> Pembiasaan.
3> Nasihat / Pengarahan.
4> Mekanisme kontrol / Pengawasan.
5> Rewards and Punishment.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menerapkannya tidak boleh meninggalkan satupun dari kelima metode di atas, meskipun porsinya berbeda-beda.
Kandungan dari Pendidikan Islami setidaknya ada tujuh hal, yaitu :
1> Aqidah / Keimanan.
2> Akhlaq.
3> Fikroh / Pemikiran.
4> Fisik.
5> Sosial.
6> Kejiwaan / Kepribadian.
7> Seksual.

Tujuan Pendidikan Islami

Tujuan Pendidikan Islami dapat dirinci menjadi 10 poin, yaitu :
1> Selamat aqidahnya.
2> Benar ibadahnya.
3> Karim (baik) akhlaqnya.
4> Mampu berpenghasilan / menghidupi diri dan keluarga.
5> Jernih fikrohnya (pemahamannya).
6> Kuat jasmaninya.
7> Mampu melawan hawa nafsu pribadi.
8> Teratur urusannya.
9> Mampu menjaga waktu.
A

Senin, 01 Juli 2013

islam dan pendidikan anak



ISLAM DAN PENDIDIKAN ANAK

Sabda Rasul SAW: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR. Bukhari).
Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.
Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya "Tarbiyatul Aulad" menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orangtuanya.
Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).
Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.
Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara utuh.
Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang merusak akhlak.
Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:
"Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR.Bukhari).
Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik anak:
  1. Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
  2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
  3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
  4. Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
  5. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
  6. Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya:
"Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir."
Sumber : Al-Muslimun no.298, Jan 1995